Rabu, 23 November 2011

defenisi Antropologi,agama,budaya,kepercayaan dan magis


Anthropologi
Istilah antropologi terjadi dari kata antropos dan logos. Kedua kata itu berasal dari bahasa Yunani ; antropos artinya manusia logos artinya ilmu atau studi. Jadi antropologi artinya adalah ilmu atau studi tentang manusia, atau jelasnya ilmu pengetahuan yang mempelajari manusia, baik dari segi hayati maupun dari segi budaya (Americana, 1983, 2:43). Ilmu tentang hayati manusia dapat dibedakan antara yang disebut Paleo-Antropologi dan Antropologi Fisik dalam arti sempit. Kedua pembagian ini merupakan satu kelompok ilmu yang disebut Antropologi Fisik. Adanya perbedaan itu dikarenakan objek penelitiannya berbeda. Jika penelitiannya mengenai fosil-fosil manusia purba, yaitu sisa-sisa kerangka tubuh manusia purba yang pada umumnya terdapat di dalam bumi dan cara penelitiannya dilakukan dengan cara penggalian tanah, maka ia dalam ruang lingkup penelitian Paleo-Antropologi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami tentang asal usul terjadi dan perkembangan manusia secara evolusi. Jika penelitiannya mengenai Fenotipik manusia, yaitu ciri- ciri tubuh manusia yang ada diluar, begitu pula mengenai Genotipik, yaitu ciri-ciri tubuh manusia yang didalam maka ia merupakan ruang lingkup penelitian Antropologi fisik. Tujuan penelitian Antropologi fisik adalah untuk memahami sejarah terjadinya berbagai macam bentuk corak manusia, sehingga dengan demikian manusia di dunia dapat dikelompokan dalam berbagai golongan ras. Sumber : (Hilman Hadikusuma. 2006. Antropologi Hukum Indonesia. Bandung: PT Alumni. Hal : 1)



Antropologi di Indonesia Sejak dalam abad ke- XIX, ilmu antropologi tentang Indonesia merupakan suatu ilmu Belanda yang dilakukan oleh orang Belanda, dengan tujuan untuk menyelidiki masyarakat dan kebudayaan penduduk Indonesia. Sumber : (Koentjaraningrat. 1964. Tokoh-tokoh Antropologi.Universitas Jakarta. Hal: 148 ).

 Antropologi sebagai suatu ilmu yang mempelajari makhluk antrhopos/ manusia, merupakan suatu intregasi dari ilmu-ilmu yang masing- masing mempelajari suatu kompleks masalah- masalah khusus mengenai manusia. Sumber : ( Koentjaraningrat. 1969. Arti Antropologi Untuk Indonesia Masa Ini. Jakarta:Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Hal: 3).

 Pada masa permulaan dari berdirinya negara kita ini, malahan ada sarjana-sarjana yang mengira bahwa ilmu antropologi itu suatu ilmu yang hanya meneliti suku-suku bangsa primitif saja, sehingga tidak cocok untuk suatu negara baru yang harus lebih memandang ke masa depannya dari pada memandang aspek- aspek terbelakang, primitif dan statisnya. Mulai masa menjelang Perang Dunia II, ilmu antropologi telah berkembang pesat menjadi suatu ilmu yang berambisi untuk mencapai pengertian mengenai berbagai masalah dalam kehidupan kemasyarakatan dan kebudayaan jaman sekarang. Sumber : ( Koentjaraningrat. 1969. Arti Antropologi Untuk Indonesia Masa Ini. Jakarta:Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Hal: 108).


Koentjaraningrat : Antropologi adalah ilmu yang mempelajari
umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan. Dari definisi-definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana antropologi, yaitu sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi, nilai- nilai) yang dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda.

Menurut Ralfh L Beals dan Harry Hoijen : 1954: 2 antropologi adalah ilmu yang mempelajarai manusia dan semua apa yang dikerjakannya.Menurut Ralfh L Beals dan Harry Hoijen : 1954: 2

Definisi Anthropologi menurut para ahli William A. Havilland:Antropologi adalah studi
tentang umat manusia,berusaha menyusungeneralisasi yang bermanfaattentang manusia dan perilakunya serta untukmemperoleh pengertian yanglengkap tentangkeanekaragaman manusia.

David Hunter: anthropologiadalah ilmu yang lahir darikeingintahuan yang tidakterbatas tentang umat manusia. Koentjaraningrat: Anthropologi adalah ilmuyang mempelajari umatmanusia pada umumnyadengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.

Kebudayaan
Pengertian Kebudayaan sangat erat  hubungannya dengan masyarakat.
 E.B Tylor, menyatakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhanyang kompleks yang didalamnya meliputi pengetahuan,kepercayaan, seni, kesusilaan,adapt istiadat, sertakesanggupan dan kebiasaanlainnya yang mempelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

R. Linton, menyatakan bahwakebudayaan adalah merupakankonfigurasi dari tingkah laku yang dipelajari dan hasil daritingkah laku itu yang unsur- unsur pembentuknya didukung dan diteruskan oleh anggota darimasyarakat tertentu.

 Herkovits, menytakan bahwa kebudayaan adalah bagian darilingkungan hidup yang diciptakan oleh manusia.

 Krober dan Kluckhohn,menyatakan bahwa kebudayaan.adalah pola, eksplisit dan
implicit, tentang untuik perilaku yang dipelajari dan diwariskan melalui simbol-simbol, yang merupakan prestasi khasmanusia, termasukperwujudannya dalam benda-benda budaya.

 Ki Hajar Dewantara, menyatakan bahwa kebudayaanadalah buah dari manusia, yang merupakan hasil perjuanganmanusia terhadap dua pengaruhkuat, alam danh jaman (kodrat
dan masyarakat) yang merupakan bukti kejayaan hidupmanusia untuk mengatasiberbagai rintangan dankesukaran di alam hidup danpenghidupannya guna mencapaikeselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya besipat tertib dan damai.

 Soedjatmoko, mengemukakankebudayaan adalah penjelmaanmanusia dalampenghadapannya dengan lingkungan alam dan sosialnyadengan ruang dimana ia hidup dan dalam penghadapannyadengan waktu, peluang danpilihan, kesinambungan dan perubahan, serta sejarah (Soedjatmoko 1985)


 Koentjaraningrat, menyatakanbahwa kebudayaan adalahkeseluruhan gagasan dan karya
manusia yang harus dibiasakanya dengan belajar serta keseluruhan dari hasil budipekertinya (Supartono, 2001;Keesing, 1992).
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Agama
 Pengertian Agama Menurut Definisi (Pengertian Termonologis) Menurut Harun Nasution, agama adalah suatu sistem kepercayaan dan tingkah laku yang berasa dari suatu kekuatan yang ghaib. Menurut Al-Syahrastani, agama adalah kekuatan dan kepatuhan yang terkadang biasa diartikan sebagai pembalasan dan perhitungan (amal perbuatan di akhirat). (M. Ali Yatim Abdullah,2004:5) 

Menurut Prof. Dr. Bouquet mendefinisikan agama adalah hubungan yang tetap antara diri manusia dengan yang bukan manusia yang bersifat suci dan supernatur, dan yang bersifat berada dengan sendirinya dan yang mempunyai kekuasaan absolute yang disebut Tuhan. 
(Abu Ahmadi,1984:14).

Das dan Teng (1998) memberikan definisi ataupengertian kepercayaan (trust) sebagai derajat di mana seseorang yang percaya menaruh sikap positif terhadap keinginan baik dan keandalan orang lain yang dipercayanya di dalam situasi yang berubah ubah dan beresiko.

 Rousseau et al, (1998) memberikan definisi atau pengertian kepercayaan sebagai bagian psikologis yang terdiri dari keadaan pasrah untuk menerima kekurangan berdasarkan harapan positif dari niat atau perilaku orang lain.

 Mayer (1995) memberikab definisi kepercayaan dalam definisi yang lain dinyatakan sebagai keinginan suatu pihak untuk menjadi pasrah/ menerima tindakan dari pihak lain berdasarkan pengharapan bahwa pihak lain tersebut akan melakukan sesuatu tindakan tertentu yang penting bagi pihak yang memberikan kepercayaan, terhadap kemampuan memonitor atau mengendalikan pihak lain. 

 Doney et.al. (1998) memberikan definisi atau pengertian kepercayan sebagai sesuatu yang diharapkan dari kejujuran dan perilaku kooperif yang berdasarkan saling berbagi norma-norma dan nilai yang sama . 


 Kepercayaan 
 Definisi Kepercayaan (Pengertian Termonologis) Kata kepercayaan menurut istilah (terminology) di Indonesia pada waktu ini ialah keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa di luar agama atau tidak termasuk kedalam agama. (Rasyidi : 1980). A.L. Huxley di dalam bukunya The Perennial Philosophy. Seorang pengarang dan ahli filsafat di negeri Inggeris menyebutkan empat arti: 
a. Percaya/mengandal (kepada orang tertentu). 
b. Percaya (Inggeris: Faith) kepada wibawa (dari para ahli di suatu bidang ilmu pengetahuan) . 
c. Percaya (Inggeris: believe) kepada dalil-dalil yang kita ketahui bahwa kita dapat menceknya, apabila kita mempunyai kesediaan. Kesempatan dan kemampuan untuk itu (misalnya mempercayai toeri atom). 
d. Percaya (Inggeris: believe) kepada dalil-dalil yang kita ketahui bahwa kita dapat 
menceknya, sekalipun kita menghendakinya (missal, mempercayai pasal-pasal pengakuan iman Athanasius). Huxley berpendapat, bahwa ketiga arti yang pertama mempunyai peranan yang penting dalam Kehidupan sehari-hari dan dalam ilmu pengetahuan, tetapi percaya dalam arti yang ke empat itu pandangannya sama dengan apa yang disebut kepercayaan agamani. (Permadi,1994:3). 

Kamus umum Purwadarminto, 1976. Mengatakan bahwa kepercayaan mempunya pengertian: 
a. Anggapan atau keyakinanbenar (ada, sengguh- sungguh). 
b. Sesuatu yang dipercayai (dianggap dengan benar). Menurut Endang Syaifuddin Anshari (1985) percayailah sifat dan sikap membenarkan sesuatu atau menganggap sesuatu sebagai benar.

menurut Dananjaya (153) kepercayaan pada intinya bukan hanya mencakup kelakuan (behavior) tetapi juga pengalama (experiences) juga alat. Jadi kepercayaan adala anggapan atau keyakinan terhadap sesuatu yang mempengaruhi sifat mental yang meyakininya.

 Magic
Magis sering dikatakan erat hubungannya dengan sihir. Tetapi, menurut Honig, kata tersebut semula berarti imam, sehingga aneh sekali bila magis berhubungan dengan sihir sebab sihir termasuk perbuatan yang sangat tidak baik. Namun magis justru berarti ilmu sihir. Sebenarnya menurut kepercayaan masyarakat primitif pengertian magis lebih luas daripada sihir, karena yang dikatakan magis menurut kepercayaan mereka adalah suatu cara berfikir dan suatu cara hidup yang mempunyai arti lebih tinggi daripada apa yang diperbuat oleh seorang ahli sihir. Orang yang percaya dan menjalankan magis mendasarkan idenya pada dua hal, yaitu:
1. Bahwa dunia ini penuh dengan daya-daya gaib, yang disebut daya-daya alam oleh orang modern.
2. Bahwa daya-daya gaib tersebut dapat digunakan, tetapi penggunaannya tidak dengan akal pikiran melainkan dengan cara yang irrasional.
Dalam masyarakat primitif, kedudukan magis sangat penting. Boleh dikatakan semua upacara keagamaan, sikap hidup orang-orang primitif, terutama sikap rohani mereka, adalah bersifat magis karena magis merupakan segala perbuatan atau abstensi dari segala perbuatan mereka untuk mencapai suatu maksud tertentu melalui kekuatan-kekuatan yang ada di alam gaib, sebagaimana telah disebutkan.
Seorang antropolog yang bernama Evans-Pritchard tentang Azande (1937) merupakan upaya paling awal yang mendeskripsikan keyakinan dan ritus-ritus yang berkaitan dengan magis dan ilmu gaib dalam masyarakat non-Eropa, dengan tanpa prasangka serta sensasionalisme yang tidak semestinya. Pendekatannya dikemukakan secara jelas dalam pengantar bukunya yang menunjukkan bagaimana keyakinan-keyakinan mistik dan ritus membentuk suatu “system ideasional”, dan bagaimana system ini diekspresikan dalam aksi sosial. Dia menganggap tidak ada gunanya mendeskripsikan aspek-aspek lain dari kehidupan sosial Azande. Oleh karena itu penekanannya bersifat intelektual, memfokuskan bagaimana ilmu gaib berkaitan dengan nasib buruk sebagai suatu bentuk penjelasan distereotipkan. Mengapa dia menekankan ilmu gaib dan ilmu sihir? Apakah dia hanya ingin membahas sisi esoteric dan irasional kebudayaan masyarakat pre-literature ? Ada dua jawaban atas pertanyaan ini.
1. Evans-Pritchard menunjukkan bahwa pemikiran masyarakat Azande pada dasarnya adalah rasional. Pemikiran serta aksi mereka didasarkan pada pengetahuanempiris yang cermat. Bahkan perbedaan antara apa yang dia sebut pemikiran “empiris” dan pemikiran “mistis” merupakan tema kunci yang merasuk ke seluruh studinya, dan dia menunjukkan berdampingannya kedua pola pemikiran tersebut dikalangan masyarakat Azande. Meskipun berbeda dengan kita, Azande tidak memiliki konsepsi tentang “tatanan alam”, namun demikian mereka memahami suatu perbedaan antara bekerjanya alam di satu sisi, dan bekerjanya magis, hantu, dan ilmu sihir disisi yang lain.
2. Ada hal penting bahwa agama atau keyakinan terhadap supranatural masyarakat Azande, berbeda dengan masyarakat tetangganya Nuer dan Dinka, sebagian besar dirasuki gagasan tentang abinza dan magis. Hal ini disebutkan oleh Seligman dalam pengantarnya ketika dia mencatat langkanya magis di kalangan Dinka dan Shilluk. Evans-Pritchard menekankan bahwa ilmu gaib adalah faktor yang ada dimana-mana dan lazim dalam kehidupan sosial Azande, masyarakat memperbincangkannya sebagai bagian dari pembicaraan sehari-hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar