Rabu, 23 November 2011

catur marga


Penerapan Catur Marga Bagi Masyarakat di Bali


Penerapan Catur Marga Bagi Masyarakat di Bali
Oleh : I Ketut Subagiasta (IHDN Denpasar)
Apa makna catur marga? Catur Marga adalah empat jalan atau cara umat Hindu untuk menghormati dan menuju ke jalan Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Sumber ajaran catur marga ada diajarkan dalam pustaka suci Bhagawadgita, terutama pada trayodhyaya tentang karma yoga marga yakni sebagai satu sistem yang berisi ajaran yang membedakan antara ajaran subha karma (perbuatan baik) dengan ajaran asubha karma (perbuatan yang tidak baik) yang dibedakan menjadi perbuatan tidak berbuat (akarma) dan wikarma (perbuatan yang keliru). Karma memiliki dua makna yakni karma terkait ritual atau yajna dan karma dalam arti tingkah perbuatan.
Penerapan Catur Marga Bagi Masyarakat di Bali
Oleh : I Ketut Subagiasta (IHDN Denpasar)
Apa makna catur marga? Catur Marga adalah empat jalan atau cara umat Hindu untuk menghormati dan menuju ke jalan Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Sumber ajaran catur marga ada diajarkan dalam pustaka suci Bhagawadgita, terutama pada trayodhyaya tentang karma yoga marga yakni sebagai satu sistem yang berisi ajaran yang membedakan antara ajaran subha karma (perbuatan baik) dengan ajaran asubha karma (perbuatan yang tidak baik) yang dibedakan menjadi perbuatan tidak berbuat (akarma) dan wikarma (perbuatan yang keliru). Karma memiliki dua makna yakni karma terkait ritual atau yajna dan karma dalam arti tingkah perbuatan. Kedua, tentang bhakti yoga marga yakni menyembah Tuhan dalam wujud yang abstrak dan menyembah Tuhan dalam wujud yang nyata, misalnya mempergunakan nyasa atau pratima berupa arca atau mantra. Ketiga, tentang jnana yoga marga yakni jalan pengetahuan suci menuju Tuhan Yang Maha Esa, ada dua pengetahuan yaitu jnana (ilmu pengetahuan) dan wijnana (serba tahu dalam penetahuan itu). Keempat, Raja Yoga Marga yakni mengajarkan tentang cara atau jalan yoga atau meditasi (konsentrasi pikiran) untuk menuju Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Umat manusia memiliki tujuan hidup, termasuk juga umat Hindu memiliki tujuan hidup yang jelas yakni seperti berikut:
a) Moksartham jagad hita ya ca iti dharma;
b) Catur Purusa Artha;
c) Santa Jagad Hita;
d) Sukerta sakala lan niskala;
e) Mencapai keharmonisan hidup sesuai ajaran Catur Marga.
Penerapan catur marga oleh umat Hindu sesungguhnya telah diterapkan secara rutin dalam kehidupannya sehari-hari, termasuk juga oleh umat Hindu yang tinggal di Bali maupun oleh umat Hindu yang tinggal di luar Bali. Banyak cara dan banyak pula jalan yang bisa ditempuh untuk dapat menerapkannya. Sesuai dengan ajaran catur marga bahwa penerapannya disesuaikan dengan kondisi atau keadaan setempat yang berdasarkan atas tradisi, sima, adat-istiadat, drsta, ataupun yang lebih dikenal di Bali yakni desa kala patra atau desa mawa cara.
Inti dan penerapan dan Catur Marga adalah untuk memantapkan mengenai hidup dan kehidupan umat manusia di alam semesta ini, terutama untuk peningkatan, pencerahan, serta memantapkan keyakinan atau kepercayaan (sraddha) dan pengabdian (bhakti) terhadap Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dengan memahami dan menerapkan ajaran catur marga, maka diharapkan segenap umat Hindu dapat menjadi umat Hindu yang berkualitas, bertanggung jawab, memiliki loyalitas, memiliki dedikasi, memiliki jati diri yang mulia, menjadi umat yang pantas diteladani oleh umat manusia yang lainnya, menjadi umat yang memiliki integritas tinggi terhadap kehidupan secara lahir dan batin, dan harapan mulia lainnya guna tercapai kehidupan yang damai, rukun, tenteram, sejahtera, bahagia, dan sebagainya. Jadi dengan penerapan dan ajaran catur marga diharapkan agar kehidupan umat Hindu dan umat manusia pada umumnya menjadi mantap dalam berke-sraddha-an dan berke-bhakti-an kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, serta dapat diharmoniskan dengan kehidupan nyata dengan sesama manusia, semua ciptaan Tuhan, dan lingkungan yang damai dan serasi di sekitar kehidupan masing-masing.
Beberapa model atau bentuk nyata dan penerapan jnana marga berikut ini :
a) Menerapkan ajaran aguron-guron;
b) Menerapkan ajaran guru dan sisya;
c) Menerapkan ajaran guru bhakti;
d) Menerapkan ajaran guru susrusa;
e) Menerapkan ajaran brahmacari dan ajaran catur guru;
f) Menerapkan ajaran sisya sasana;
g) Menerapkan ajaran resi sasana;
h) Menerapkan ajaran putra sasana;
i) Menerapkan ajaran guru nabe, guru waktra, guru saksi;
j) Menerapkan ajaran catur asrama; dan
k) Menerapkan ajaran dalam wrati sasana, slokantara, sila krama, dan ajaran agama Hindu yang bersumber pada Veda dan susastra Hindu lainnya.
Mengenai penerapan karma marga
oleh umat Hindu seperti berikut ini :
1. Menerapkan filosofi ngayah;
2. Menerapkan filosofi matulungan;
3. Menerapkan filosofi manyama braya;
4. Menerapkan filosofl paras-paros sarpanaya salunglung sabayantaka;
5. Menerapkan filosofi suka dan duka;
6. Menerapkan filosofi agawe sukaning wong len;
7. Menerapkan filosofi utsaha ta larapana;
8. Menerapkan filosofi makarya;
9. Menerapkan filosofi makarma sane melah;
10. Menerapkan filosofi ala kalawan ayu;
11. Menerapkan filosofi karma phala;
12. Menerapkan filosofi catur paramita;
13. Menerapkan filosofi tri guna;
14. Menerapkan filosofi trikaya parisudha; dan
15. Menerapkan filosofi yama niyama brata dan berbagai ajaran agama Hindu.
Mengenai penerapan bhakti marga oleh umat Hindu seperti berikut ini :
1) Melaksanakan doa atau puja tri sandhya seçara rutin setiap hari;
2) Menghaturkan banten saiban atau jotan/ngejot atau yajnasesa;
3) Berbakti kehadapan Tuhan Yang Maha Esa beserta semua manifestasi-Nya;
4) Berbakti kehadapan Leluhur;
5) Berbakti kehadapan para pahlawan pejuang bangsa;
6) Melaksanakan upacara dewa yajna (piodalan/puja wali, saraswati, pagerwesi, galungan, kuningan, nyepi, siwaratri, purnama, tilem, tumpek landep, tumpek wariga, tumpek krulut, tumpek wayang dan lain-lainnya);
7) Melaksanakan upacara manusia yajna (magedong-gedongan, dapetan, kepus puser, macolongan, tigang sasihin, ngotonin, munggah deha, mapandes, mawiwaha, mawinten, dan sebagainya);
8) Melaksanakan upacara bhuta yajna (masegeh, macaru, tawur, memelihara lingkungan, memelihara hewan, melakukan penghijauan, melestarikan binatang langka, dan sebagainya);
9) Melaksanakan upacara pitra yajna (bhakti kehadapan guru rupaka atau rerama, ngaben, ngerorasin, maligia, mamukur, ngeluwer, berdana punya kepada orang tua, membuat orang tua menjadi hidupnya bahagia dalam kehidupan di alam nyata ini, dan sebagainya);
10) Melaksanakan upacara resi yajna (upacara pariksa, upacara diksa, upacara ngelinggihang veda), berdana punya pada sulinggih atau pandita, berguru pada orang suci, tirtha yatra ke tempat suci bersama sulinggih atau pandita, berguru pada orang suci, sungkem (pranam) pada sulinggih sebagai guru nabe, menerapkan ajaran tri rnam, dan sebagainya.
Dalam penerapan yoga marga oleh umat Hindu, realitanya seperti berikut :
a) Melaksanakan introspeksi atau pengendalian diri;
b) Menerapkan ajaran tapa, brata, yoga dan samadhi;
c) Menerapkan ajaran astangga yoga;
d) Melakukan kerja sama atau relasi yang baik dan terpuji dengan sesama;
e) Menjalin hubungan kemitraan secara terhormat dengan rekanan, lingkungan, dan semua ciptaan Tuhan di alam semesta ini;
f) Membangun pasraman atau paguyuban untuk praktek yoga;
g) Mengelola ashram yang bergerak di bidang pendidikan rohani, agama, spiritual, dan upaya pencerahan diri lahir batin;
h) Menerapkan filosofi mulat sarira;
i) Menerapkan filosofi ngedetin/ngeret indriya;
j) Menerapkan filosfi mauna;
k) Menerapkan filosofi upawasa;
l) Menerapkan filosofi catur brata panyepian, dan
m) Menerapkan filosofi tapasya, pangastawa, dan menerapkan ajaran agama Hindu dengan baik dan benar menuju keluhuran diri sebagai mahluk sosial dan religius.


Catur marga 2
Ajaran Tri Marga, Catur Marga dan Catur Yoga adalah sama, hanya sebutannya yang berbeda.

1. Jnana Marga Yoga

Jnana artinya kebijaksanaan filsafat atau ilmu pengetahuan. Jadi Jnana Marga Yoga adalah jalan untuk mencapai persatuan Atman dan Brahman berdasarkan atas ilmu pengetahuan atau kebijaksanaan filsafat kebenaran.

Menurut Upanisad pengetahuan seorang bijaksana (Jnanin) dapat dibagi atas dua bagian yaitu Apara Widya dan Pari Widya. Apara Widya adalah pengetahuan dalam tingkat kemewahan suci (ajaran-ajaran suci Weda) sedangkan Pari Widya adalah pengetahuan tingkat tinggi tentang hakikat kebenaran Atman dan Brahman. Jadi Apara Widya adalah dasar untuk mencapai Pari Widya. Seorang Jnanin memiliki pengetahuan untuk mencapai kebenaran yang sempurna, dengan Wiweka (logika) yang dalam mereka benar-benar bisa membedakan yang kekal dan tidak kekal, sehingga bisa melepaskan yang tidak kekal dan mencapai kekekalan yang sempurna.

“Alangkah cepat dan pendeknya kehidupan sebagai manusia ini, tak bedanya dengan sinarnya kilat dan sangat susah pula untuk didapat. Oleh karena itu berusaha benar-benarlah untuk berbuat (sadhana) berdasarkan kebenaran (dharma) untuk menghapuskan kesengsaraan hidup guna mencapai sorga” (Sarasamuscaya II-14)

“Ia yang pikirannya tidak digoyahkan dalam keadaan dukacita dan bebas dari keinginan-keinginan ditengah-tengah kesukacitaan, ia yang dapat mengatasi nafsu, kesesatan dan kemarahan, ia disebut seorang yang bijaksana” (Bhagawad Gita II-56)

2. Karma Marga Yoga

Karma adalah perbuatan. Jadi Karma Marga Yoga adalah jalan untuk mencapai kesatuan atman dan Brahman melalui kerja atau perbuatan tanpa ikatan, tanpa pamrih, tulus dan ikhlas, penuh dengan amal kebajikan dan pengorbanan.

Dalam Karma Marga Yoga, perbuatan dan kerja merupakan suatu pengembalian dengan melepaskan segala hasil atau buah dari segala perbuatan dan segala yang dikerjakannya. Dengan melakukan amal kebajikan tanpa pamrih, akan dapat mengembalikan emosi dan melepaskan atma dari ikatan duniawi.

Seorang Karmin dapat melepaskan diri dari ikatan karma wasana dan karma phala nya, terbebas dari unsur-unsur maya, sehingga mencapai kesempurnaan dan kebebasan tertinggi (moksa)

“Bukan dengan jalan tiada bekerja, orang dapat mencapai kebebasan dari perbuatan. Juga tidak hanya melepaskan diri dari pekerjaan, orang akan mencapai kesempurnaannya." (Bhagawad Gita III-4)

“Serahkanlah segala pekerjaan kepadaku, dengan memusatkan pikiran kepada atma, melepaskan diri dari pengharapan dan perasaan keakuan, dan berjuanglah kamu, bebas dari pikiranmu yang susah” (Bhagawad Gita III-30)

“Bekerjalah kamu selalu, yang harus dilakukan dengan tiada terikat olehnya, karena orang mendapat tujuannya yang tertinggi dengan melakukan pekerjaan yang tak terikat olehnya” (Bhagawad Gita III-19)

Jadi seorang Karmin dalam kehidupannya selalu bekerja tanpa pamrih, mengutamakan pengabdian dan pengorbanan, sehingga hidupnya tidak akan mungkin sia-sia di dunia ini, sebab phala pengorbanan dan pengabdiannya mendapatkan kesempurnaan lahir bathin dan moksa.

3. Bakti Marga Yoga

Bakti adalah cinta, dalam hal ini Bhakti adalah cinta yang mendalam kepada Tuhan. Jadi Bakti Marga Yoga adalah jalan untuk mencapai kebebasan dan kesatuan atman dan Brahman berdasarkan atas cinta dan sujud bakti terhadap Tuhan.

Orang suci melakukan sujud bakti atas dasar kecintaannya yang suci murni, tulus ikhlas terhadap Tuhan akan mendapatkan penerangan suci karena Tuhan merahmatkan tuntunan kepadanya sehingga bakti tersebut melekat dan membathin berdasarkan ajaran Tuhan, bebas dari segala noda dan dosa.

Seorang Bhakta tidak mungkin akan melakukan perbuatan jahat atau buruk dan segala hasil usahanya semua diperuntukkan kepada Tuhan.

“Orang saleh yang menyembah aku adalah empat macam yaitu, orang yang mencari kekayaan, orang yang bijaksana, orang yang mencari pengetahuan dan orang yang dalam keadaan susah, Oh Arjuna” (Bhagawad Gita VII-16)

“Diantara ini, orang yang bijaksana yang selalu terus menerus bersatu dengan Hyang Suci, kebaktiannya terpusat hanya kesatu arah (Tuhan) adalah yang terbaik. Sebab aku kasih sekali kepadanya dan dia kasih kepadaku” (Bhagawad Gita VII-17)

“Dengan bentuk apapun juga mereka bakti kepadaku (Bhakta), yang dengan kepercayaan bermaksud menyembah aku (dengan Sraddha), kepercayaan itu aku tegakkan” (Bhagawad Gita VII-21)

Diantara jalan dan cara yang ditempuh oleh umat manusia untuk mencapai kebebasan yang sempurna dan persatuan atman dan brahman, maka jalan Bakti Marga Yoga adalah jalan yang paling mudah dan banyak dilakukan/ditempuh oleh manusia untuk mencapai tujuan hidupnya.

Yang terpenting bagi seorang Bhakta adalah penyerahan diri sepenuhnya dan sujud bhakti pada Tuhan.

4. Raja Marga Yoga

Raja Marga Yoga adalah jalan untuk mencapai kebebasan yang sempurna berdasarkan pelaksanaan Tapa Brata Yoga Semadhi.

Tapa dan Brata merupakan suatu latihan untuk mengendalikan emosi (nafsu) sedangkan Yoga dan Semadhi adalah latihan untuk dapat menyatukan atman dengan brahman (Tuhan) dengan melakukan konsentrasi yang setepat-tepatnya dalam ketenangan suasana semadhi yang sempurna.

Seorang Raja Yoga akan dapat menghubungkan dirinya dengan Tuhan misalnya dengan melakukan Astangga Yoga yaitu delapan jalan untuk melakukan Yoga untuk mencapai Moksa, yaitu :

a. Yama (Larangan)
   yaitu disiplin penahanan diri terhadap keinginan atas nafsu

b. Nyama (Suruhan)
   yaitu beradat yang baik dengan memupuk kebiasaan-kebiasaan yang baik.

c. Asana
   yaitu mengatur sikap duduk yang baik

d. Pranayama
   yaitu mengatur pernafasan yang sempurna dan teratur. Puraka (menarik nafas), Kumbaka (menahan nafas), Recaka (menghembuskan nafas).

e. Pratyahara
   yaitu mengontrol dan mengembalikan semua indrya, sehingga dapat melihat sinar-sinar suci.

f. Dharana
   yaitu usaha-usaha untuk menyatukan pikiran dengan Tuhan.

g. Dhyana
   yaitu usaha-usaha untuk menyatukan pikiran dengan Tuhan yang tarafnya lebih tinggi daripada Dharana.

h. Semadhi
   yaitu persatuan Atman dengan Brahman (Tuhan).

Lima yang pertama merupakan bantuan luar daripada Yoga.

Dengan melakukan Astangga Yoga, seorang Raja Yoga (Yogin) akan dapat menerima wahyu (Sruti) melalui pengamatan intuisinya yang telah mekar dan dapat pula mengalami Jiwan Mukti, dan selanjutnya setelah meninggal atmanya akan bersatu dengan Tuhan.

“Seorang Yogin harus tetap memusatkan pikirannya kepada atma yang maha besar (Tuhan), tinggal dalam kesunyian dan tersendiri, bebas dari angan-angan dan keinginan untuk memilikinya” (Bhagawad Gita VI-10)

“Karena kebahagiaan tertinggi datang pada Yogin, yang pikirannya tenang, yang nafsunya tidak bergolak, yang keadaannya bersih dan bersatu dengan Tuhan (Moksa)” (Bhagawad Gita VI-27)

Demikianlah cara atau jalan yang dapat dituruti, dilaksanakan oleh manusia sebagai tuntunan baginya untuk mencapai tujuan hidupnya yakni menikmati kesempurnaan hidup yang disebut Moksa.

Keempat jalan dan cara diatas semuanya adalah sama, tiap-tiap jalan meletakkan dasar dan cara-cara tersendiri. Tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah, semuanya baik dan utama, tergantung kepribadian, watak, kesanggupan dan bakat manusia masing-masing. Semuanya akan mencapai tujuannya asal dilakukan dengan pernuh kepercayaan, ketekunan dengan tulus ikhlas, kesujudan, keteguhan iman dan tanpa pamrih.

“Dengan jalan bagaimanapun ditempuh oleh manusia ke arahku, semuanya aku terima dan memenuhi keinginan mereka, melalui banyak jalan manusia menuju jalanku, Oh Prtha” (Bhagawad Gita V-2)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar